Jumat, 10 Mei 2013

Mengarungi Samudra Dakwah

“Ustadz, ana hari ini pulang ke Panipahan,
Ustadz apa nggak sekalian aja?”

“Insyaallah Akh.”

Sesekali saya mengingatkan Ustadz Rofik. Barang kali dia lupa atau ada agenda lain. Begitulah agenda beliau  yang luar biasa padatnya, tidak ada waktu kosong bagi seorang Ustadz Muhammad Rofik. Tiap harinya diisi dengan agenda dakwah. Kadang beliau ke Ujung Tanjung, Sinaboi, Rimba Melintang, dan tiap bulannya beliau harus turun ke Pasir Limau Kapas.

Begitu kami memasuki Speedboat jurusan Bagansiapiapi-Panipahan, suasana terlihat begitu ramai dengan penumpang dari berbagai kalangan, ada Melayu, Jawa, bahkan Tionghoa.

Saya duduk disebelah beliau. Sesekali kami menoleh kearah jendela melihat panorama laut yang memukau, terkadang kami tertidur pulas atas kursi masing-masing.

Entah kenapa, belum lama perjalanan yang kami tempuh, angin laut kali ini sangat kencang. Alun dan ombak seakan bermain-main dengan Speedboat kecil ini.

Saya tatap wajah beliau, seakan tidak menunjukkan kekhawatiran sama sekali. Dia sangat tenang meski gelombang kuat menghujam. Padahal saya lihat pada bangku bagian depan semua pada berdiri ketakutan, resah, panik dan bercampur. Tidak ketinggalan, sejatinya hati saya juga ikut resah dengan fenomena yang sedang kami hadapi. Tapi lihatlah Ustadz, seperti tidak ada kejadian.

Sampai saat itu beliau bercerita kepada saya tentang suatu kejadian yang pernah dialami temannya tatkala berdakwah di Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau. Siapa yang mengenal Kepulauan Riau pasti dia mengenal banyak pulau-pulaunya. Saat itu temannya melakukan safari dakwah disuatu pulau dengan transportasi laut. Dan memprihatinkan sekali Spedboat yang ditumpangi itu karam. Luar biasa, sampai saya yang mendengar pun ikut merinding.

Subhanallah, kalau saja seluruh kader punya tekad baja seperti yang diceritakan Ustadz saya tadi, maka tidak ada yang namanya angin, hujan, badai, dan tidak yang nama gagal hanya karena karam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar