Mengarungi Samudra Dakwah
“Ustadz, ana
hari ini pulang ke Panipahan,
Ustadz apa nggak sekalian aja?”
“Insyaallah
Akh.”
Sesekali saya
mengingatkan Ustadz Rofik. Barang kali dia lupa atau ada agenda lain. Begitulah
agenda beliau yang luar biasa padatnya,
tidak ada waktu kosong bagi seorang Ustadz Muhammad Rofik. Tiap harinya diisi dengan
agenda dakwah. Kadang beliau ke Ujung Tanjung, Sinaboi, Rimba Melintang, dan
tiap bulannya beliau harus turun ke Pasir Limau Kapas.
Begitu kami
memasuki Speedboat jurusan Bagansiapiapi-Panipahan, suasana terlihat begitu
ramai dengan penumpang dari berbagai kalangan, ada Melayu, Jawa, bahkan
Tionghoa.
Saya duduk
disebelah beliau. Sesekali kami menoleh kearah jendela melihat panorama laut
yang memukau, terkadang kami tertidur pulas atas kursi masing-masing.
Entah kenapa,
belum lama perjalanan yang kami tempuh, angin laut kali ini sangat kencang.
Alun dan ombak seakan bermain-main dengan Speedboat kecil ini.
Saya tatap wajah
beliau, seakan tidak menunjukkan kekhawatiran sama sekali. Dia sangat tenang
meski gelombang kuat menghujam. Padahal saya lihat pada bangku bagian depan semua
pada berdiri ketakutan, resah, panik dan bercampur. Tidak ketinggalan,
sejatinya hati saya juga ikut resah dengan fenomena yang sedang kami hadapi.
Tapi lihatlah Ustadz, seperti tidak ada kejadian.
Sampai saat itu
beliau bercerita kepada saya tentang suatu kejadian yang pernah dialami
temannya tatkala berdakwah di Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau. Siapa
yang mengenal Kepulauan Riau pasti dia mengenal banyak pulau-pulaunya. Saat
itu temannya melakukan safari dakwah disuatu pulau dengan transportasi laut.
Dan memprihatinkan sekali Spedboat yang ditumpangi itu karam. Luar biasa,
sampai saya yang mendengar pun ikut merinding.
Subhanallah, kalau
saja seluruh kader punya tekad baja seperti yang diceritakan Ustadz saya tadi,
maka tidak ada yang namanya angin, hujan, badai, dan tidak yang nama gagal
hanya karena karam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar