Sederhana kami di ajarkan
Sejak pertama kali menginjakan kaki di pesantren ini, nuansa
kesederhanaan telah kami rasakan. Dimulai dari sambutan hangat para ustadznya,
juga para santri yang tidak kalah sibuk menyambut kehadiran kami.
Adalah ustadz H. Muammar Siagian, Lc. Lelaki yang masih
berusia 26 tahun ini membuat para santri terpukau dengan kesederhanaan beliau .
pembawaanya ramah, sangat dekat dan akrab kepada semua santri. Akhirnya,
kenyamanan pun sangat terasa di lembaga mungil ini.
Jabatan seorang direktur pesantren tidak terlihat dari
kesedrhanaan beliau. Jika ada kerja bakti pesantren, dia akan turun langsung
berbaur dengan semua santri. Mengutip sampah, memotong rumput, bahkan
membersihkan got tanpa rasa jijik. Ketika bermain futsal, seorang haji muda
yang lulusan Al-Azhar in juga kut bermain. Bahkan keahlian beliau dalam
bermain, mengalahkan kebanyakan para santri.
Lain lagi halnya dengan Ustadz Sholihin. Ustadz muda yang
berasal dari provinsi NTB ini begitu sederhana sekali, hampr setiap hari libur,
beliau selalu melakukan penghijauan disekitar pesantren. Mulai dari menanam
berbagai jenis bunga, memupuk pohoon mangga, sampai mencangkul. Bagi kami
ustadz Sholihin bukan hanya hafal Al-Qur`an , tapi juga hafal nama-nama bunga.
Beginilah kami di ajarkan untuk lebih sederhana, sehingga suasana ukhuwah
sangat kami rasakan di Ma`had Tahfizh Darul Qur`an Belading ini.
Melihat kepribadian kedua Ustadz muda tadi bagai melihat
kepribadian sahabat nabi dan para Khalifah yang hidup berbalut kesederhanaan meski
kekuasaan d tangan mereka. Saya terkenang sosok Umar Bin Khathab yang turun
melayani rakyatnya dikala malam. Memasak makanan tanpa ada rasa gengsi.
Begitulah kami menilai kedua Ustadz tersebut.
Subhanallah…
Andai saja semua kita mempunyai sifat kesederhanaan seperti
mereka, tentu kenyamanan yang selalu kita rasakan. Dan kita tidak lagi
mementingkan wibawa karena di mata Allah kta semua adalah sama melainkan orang
–orang yang bertakwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar