Jumat, 10 Mei 2013

Sederhana kami di ajarkan

Sejak pertama kali menginjakan kaki di pesantren ini, nuansa kesederhanaan telah kami rasakan. Dimulai dari sambutan hangat para ustadznya, juga para santri yang tidak kalah sibuk menyambut kehadiran kami.

Adalah ustadz H. Muammar Siagian, Lc. Lelaki yang masih berusia 26 tahun ini membuat para santri terpukau dengan kesederhanaan beliau . pembawaanya ramah, sangat dekat dan akrab kepada semua santri. Akhirnya, kenyamanan pun sangat terasa di lembaga mungil ini.

Jabatan seorang direktur pesantren tidak terlihat dari kesedrhanaan beliau. Jika ada kerja bakti pesantren, dia akan turun langsung berbaur dengan semua santri. Mengutip sampah, memotong rumput, bahkan membersihkan got tanpa rasa jijik. Ketika bermain futsal, seorang haji muda yang lulusan Al-Azhar in juga kut bermain. Bahkan keahlian beliau dalam bermain, mengalahkan kebanyakan para santri.

Lain lagi halnya dengan Ustadz Sholihin. Ustadz muda yang berasal dari provinsi NTB ini begitu sederhana sekali, hampr setiap hari libur, beliau selalu melakukan penghijauan disekitar pesantren. Mulai dari menanam berbagai jenis bunga, memupuk pohoon mangga, sampai mencangkul. Bagi kami ustadz Sholihin bukan hanya hafal Al-Qur`an , tapi juga hafal nama-nama bunga. Beginilah kami di ajarkan untuk lebih sederhana, sehingga suasana ukhuwah sangat kami rasakan di Ma`had Tahfizh Darul Qur`an Belading ini.

Melihat kepribadian kedua Ustadz muda tadi bagai melihat kepribadian sahabat nabi dan para Khalifah yang hidup berbalut kesederhanaan meski kekuasaan d tangan mereka. Saya terkenang sosok Umar Bin Khathab yang turun melayani rakyatnya dikala malam. Memasak makanan tanpa ada rasa gengsi. Begitulah kami menilai kedua Ustadz tersebut.

Subhanallah…

Andai saja semua kita mempunyai sifat kesederhanaan seperti mereka, tentu kenyamanan yang selalu kita rasakan. Dan kita tidak lagi mementingkan wibawa karena di mata Allah kta semua adalah sama melainkan orang –orang yang bertakwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar